Posts Tagged With: MOUNTAINEERING

CERITA PENDAKIAN PERTAMA DI GUNUNG PRAU

Puji syukur kepada Tuhan karena telah memberikan kesempatan bagi kami untuk mencapai puncak Gunung Prau. Gunung Prau adalah gunung yang terletak di dataran tinggi Dieng, Wonosobo dengan ketinggian 2565 mdpl.

Pendakian ini merupakan pendakian pertama bagi Anggota Khusus ke-31 (AK-31) Keluarga Mahasiswa Pecinta Alam Plantagama (KMPA Plantagama). Kami (Wita “Simbok”, Rengganis “Ramut”, Mulia “Anu”, dan Idris “Kacang”) mendaki ditemani oleh kakak kami Venita “Kecret” dan Sandhi “Kagol”. Perjalanan kami berlangsung selama 2 hari, yaitu tanggal 18-19 april 2015. Kami menggunakan angkutan umum untuk transportasi pulang pergi Jogja – Dieng (Basecamp Patak Banteng). Hal ini sekaligus melatih manajemen perjalanan yang baru kami pelajari.

1Foto bersama sebelum keberangkatan. Kiri ke kanan: Kecret, Ramut, Kacang, Simbok, dan Anu.

Hari Pertama (Sabtu, 18 April 2015)

Baca lebih lanjut

Categories: DIVISI RIMBA GUNUNG, KEGIATAN LAIN, SEPUTAR GUNUNG | Tag: , | 1 Komentar

MISI MAHAMERU TUNTAS !!!

Mungkin hal itulah kata yang pantas bagiku mengingat beberapa tahun yang lalu gagal untuk menginjakkan kaki di puncak tertinggi di pulau Jawa ini. Akhirnya pada bulan September 2012 ini saya beserta 2 anak Planta lainnya dan dua orang teman sesama UGM berhasil menginjakkan kaki di puncak Mahameru 3676 mdpl.

Cerita ini bermula dari ajakan Surip yang ingin berangkat ke Semeru bersama ketiga temannya yaitu Hari, Budi dan Amri. Melihat kondisi tersebut akhitnya saya memutuskan untuk ikut serta. Iseng – iseng saya mencoba membujuk salah seorang anak Planta lainnya… yaitu Ander dan ternyata bujukan saya berhasil… Yess… hahaha

Kami berangkat dari Jogja menggunakan mobil pribadi yaitu sebuah Avanza hitam. Hal ini memungkinkan kami untuk lebih menghemat biaya perjalanan ke Semeru. Untuk masalah perbekalan sendiri kami berencana untuk membeli segala keperluan langsung di pasar Tumpang, Malang. Supaya lebih terorganisasi, kami pun berbelanja secara kelompok. Disamping cukup hemat, hal ini juga akan membuat manajemen kelompok saat pendakian berjalan dengan lancar tanpa adanya barang yang berlebihan. Sedangkan untuk snack dan buah ditanggung masing – masing pribadi.

Selesai berbelanja, kami mulai berpikir apakah mobil kami ini sanggup untuk sampai di Ranu Pane? Maka dari itu kami mulai mengumpulkan banyak informasi di sana sini. Mulai dari bertanya ke tukang (sopir) jip yang siap mengantar kami dari pasar Tumpang sampai dengan Ranu Pane. Mereka hanya memungut biaya Rp. 30.000/orang. Namun keputusan akhirnya kami mencoba untuk ke Ranu Pane dengan mobil sendiri.

Perjalanan dimulai. Jalan mulai menanjak. Belokan-belokan dilalui. Namun masalah mulai datang yaitu jalan yang hancur dan berlubang disana sini. Setelah mencoba dan sepertinya mobil terlihat mulai tidak sanggup maka kami memutuskan untuk menitipkan mobil di desa terdekat dan menumpang truk sayur untuk ke Ranu Pane. Untunglah ada sebuah mobil yang membawa anak sapi yang bisa kami tumpangi sampai ke Ranu Pane.

Begitu tiba kami segera mengurus perijinan mulai dari menyiapkan fotokopi identitas, surat keterangan sehat hingga data barang – barang yang dibawa. Total biaya pendakian yang kami keluarkan untuk 6 orang + 2 kamera yaitu Rp. 47.000. Setelah itu kami bergegas untuk packing barang-barang yang sebelumnya belum disusun rapi.

Tepat pada hari selasa, 11 September 2012 pukul 16.00 WIB. Pendakianpun kami mulai. Trek landai dan berkelok mulai kami lewati satu persatu. Akhirnya pemberhentian pertama pun tiba yaitu di pos Landengan Dowo ketinggian 2300 mdpl pada pukul 16.44 WIB. Perjalanan pun dilanjutkan. Pos 1 , 2 , dan 3 terlewati. Hingga menjelang pos 4 anak – anak mulai kelelahan dikarenakan hari yang semakin larut dan perut belum terisi maka kami segera bergegas supaya bisa mendirikan kemah di tepian Ranu Kumbolo. Dari kejauhan, Ranu Kumbolo terlihat dengan banyaknya pancaran sinar lampu dari tenda tenda pendaki lain. Dikarenakan sudah terlalu lelah maka kami memutuskan untuk mendirikan dome di sisi turunan pertama Ranu Kumbolo yang masih berjarak 15 menit dari pondok resmi Ranu Kumbolo. Tepat pukul 21.00 WIB dome didirikan. Semangkuk mie telur hangat menemani makan kami meskipun hanya saya dan ander yang makan. Sedangkan si Surip sepertinya langsung tidur dikarenakan sudah terlalu capek. Setelah makan, kami segera tidur…

TEMPAT CAMP PERTAMA : RANU KUMBOLO

Pukul 06.00 pagi kami bangun… yahhh… walaupun melewatkan sunrise di Ranu Kumbolo tidak menjadi masalah karena setelah dipikir-pikir hanya sisi di dekat pondokan yang sangat jelas untuk melihat sunrise. Sedangkan tempat kami berkemah sangat sulit untuk melihatnya karena tertutup oleh bukit bukit disisi belakang tenda.

Pukul 07.00 kami segera memasak… pusing memikirkan menu makan kami mulai masak sebisanya. Akhirnya jadilah menu yang cukup menggugah selera : tumis jamur, mie dan bakso sop SOO GOOD. Setelah makan, datanglah waktu untuk bersih-bersih alat masak. Seketika muncul hal yang mengalihkan perhatian kami. Banyak pendaki yang turun ditemani oleh porternya dengan membawa banyak barang berat seperti genset dan kamera. Usut punya usut ternyata mereka adalah kru film 5 CM. Waw…! Hal itu membuat tingkah narsis Surip muncul. Mendekati kru lalu bertanya sambil pura-pura mencuci sayur TOGE… wkwkwkwk

Hal lucu terlontar… “yuk besok nonton filmnya, kan tadi kita ikut syuting walaupun cuma nyuci toge” wakakakakak

PARA KRU 5 CM

Oke, stop tertawanya. Setelah selesai mencuci alat masak dan berkemas. Maka perjalananpun dilanjutkan. Perjalan dimulai pukul 10.00 WIB dan tiba di pondokan ranu kumbolo 15 menit kemudian. Setalah sedikit berpoto sana sini. Tantangan berikutnya menanti yaotu TANJAKAN CINTA. Asek… di sinilah kami sering saling mengejek dan memanggil satu sama lain supaya ada yang menoleh ke belakang.. dan ternyata anak anak mencoba dan ingin membuktikan mitos tersebut. Maklum banyak yang jomblo. Hehe

BERJUANGLAH UNTUK CINTAMU

KEINDAHAN RANU KUMBOLO DARI ATAS TANJAKAN CINTA

Setelah istirajat sebentar.. oro oro ombopun menanti… treknya yang landai sangat mudah untuk dilewati. Setelah itu kami berisitirahat di cemoro kandang tepat pukul 11.00. setelah makan snack perjalanpun dilanjutkan. Jambangan dilewati dan terlihatlah semeru yang begitu gagah dengan pasirnya yang makin dekat. Tepat pukul 15.00 WIB kami tiba di kali mati.

ORO – ORO OMBO

SEMERU DARI JAMBANGAN

Kami segera mencari tempat berkemah yang ideal. Tempat yang kami pilih yaitu dibawah pohon cemara yang sisinya telah kami tutupi dengan seng sebagai penghalang angin supaya tidak langsung masuk ke dome. Acara masak masakpun kami mulai. Makan ini merupakan makan yang paling besar karena untuk menyiapkan energi kami untuk SUMMIT ATTACK malam nanti. Tepat pukul 19.00 kami sudah bersipa tidur supaya bisa berangkat pada muncak pada pukul 12 malam nanti. Namun sayangnya matapun sulit untuk tidur maka mau tidak mau berusaha untuk mengistirahatkan badan saja dengan memejamkan kedua mata.

Pukul 23.30 kali mati mulai riuh oleh suara para pendaki dan lampu senter disana sini. Para pendaki lain mulai berangkat ke puncak. Namun kami agak santai dengan bangun perlahan dan mulai ikut bersiap siap. Tim kami merupakan pendaki terakhir yang berangkat yaitu kira kira pada pukul 00.15. WIB. Barang barang sengaja kami tinggal di dome dan tidak dibawa. Untunglah ada seoarang teman yang tidak ikut mendaki dikarenakan sedang sakit gigi yaitu si amri anak kehutanan. Setelah menyiapkan barang bawaan seperlunya, kamipun segera berangkat.

Terlihat lampu senter di sana sini. Hal ini mengingatkan saya pada cara takbiran dimana banyak lampu bersusun beriringan panjang dari bawah hingga atas bukit. Sungguh pemandangan yang menakjubkan. Trek pun mulai menanjak. Awalnya trek hingga arcopodo masih agak gampang untuk dilewati. Namun debu tipis mulai menggangu pendakian . karena itu sangat disarankan untuk membawa masker di trek ini. Setelah cemoro tunggal yang merupakan batas vegetasi antara hutan cemara dan pasir semeru. COBAANPUN DIMULAI…

Trek yang dilewati sungguh menguras tenaga dimana trek yang harus dilewati merupakan trek pasir dengan kemiringan 60 derajad. Mungkin perbandingan trek pasir ini bisa 3 kali lipat trek pasir gunung merapi. 3 kali langkah sama dengan satu kali kita melangkah. Di trek inilah rasanya sudah tidak sanggup untuk berjalan dimana kaki, paha, betis dan jempol terasa ngilu. Rasanya terpikir apa cukup disini saja. Sumpah… treknya gila… namun pikiran akan puncak mahameru yang sudah dekat terus membayangi. Dengan sisa sisa tenaga maka pendakian inipun terus dilanjutkan. Aku sudah tidak memikirkan lagi tentang sunrise di puncak. Terserahlah pikirku. Akhirnya aku menginjakkan kaki di puncak ini tepat pukul 05.30 WIB. Horeee… sedangkan si surip pada pukul 07.30… tepat 5 menit sebelum kami turun. Sedangkan ander, dan 2 teman lain tiba di puncak pada pukul 04.00 pagi… hebat… fisik yang luar biasa. Akhirnya misiku terselesaikan saat itu walaupun dahulu sempat tertunda hanya di ranu kumbolo saja. Sungguh pengalaman yang menyenangkan.

SUNRISE

Setelah mengabadikan photo di puncak. Maka kamipun bergegas untuk turun kami angin di puncak sungguh sangat dingin. Tepat pukul 08.00 kamipun turun. Hampir sama dengan trek merapi maka gaya berseluncurpun menjadi andalan untuk turun di trek ini. Namun saat turun harus berhati hati karena ditakutkan salah punggungan yang di ujungnya terdapat jurang maka kita harus hati hati dalam memilih jalur turun karena semua jalur turun dari atas terlihat sama. Waktu turun hingga batas vegetasi hanya butuh waktu 30 menit saja. Sungguh sangat jauh perbedaannya saat naik yang butuh waktu 4 – 5 jam dari batas vegetasi ini.

PLANTAGAMA SUMMITER’S

Kami segera bergegas turun ke kalimati lagi karena rasa lapar sudah sampai ubun ubun. Setelah makan dan beristirahat tidur sebentar maka kamipun segera packing dan berkemas untuk langsung turun ke ranu pane. Tepat pukul 11.00 kami segera turun dari kalimati dan tiba di ranu pane pukul 17.30 WIB.

Setelah melapor dan bersih bersih maka kami segera turun dengan meminta jemputan kembali kepada truk yang mengantar kami ke ranu pane karena mobil kami titipkan disana. Setelah menyusun barang di mobil, perjalan ini masih belum selesai karena harus menyetir mobil kembali ke jogja. Akhirnya kami tiba di BC planta kembali pada pukul 10.00 siang.

Oleh : 412/XXIV/PGM/08

Categories: DIVISI RIMBA GUNUNG | Tag: , | 3 Komentar

GUNUNG MERBABU

Gunung Merbabu adalah gunung api yang bertipe Strato (lihat Gunung Berapi) yang terletak secara geografis pada 7,5° LS dan 110,4° BT. Secara administratif gunung ini berada di wilayah Kabupaten Magelang di lereng sebelah barat dan Kabupaten Boyolali di lereng sebelah timur, Propinsi Jawa Tengah.

Gunung Merbabu dikenal melalui naskah-naskah masa pra-Islam sebagai Gunung Damalung atau Gunung Pam(a)rihan. Di lerengnya pernah terdapat pertapaan terkenal dan pernah disinggahi oleh Bujangga Manik pada abad ke-15. Menurut etimologi, “merbabu” berasal dari gabungan kata “meru” (gunung) dan “abu” (abu). Nama ini baru muncul pada catatan-catatan Belanda.

Gunung ini pernah meletus pada tahun 1560 dan 1797. Dilaporkan juga pada tahun 1570 pernah meletus, akan tetapi belum dilakukan konfirmasi dan penelitian lebih lanjut. Puncak gunung Merbabu berada pada ketinggian 3.145 meter di atas permukaan air laut. Gunung Merbabu mempunyai kawasan Hutan Dipterokarp Bukit, Hutan Dipterokarp Atas, Hutan Montane, dan hutan Ericaceous atau hutan gunung.

Gunung Merbabu (3.142 m dpl), merupakan gunung yang tergolong dalam gunung api tua yang terletak bersebelahan dengan Gunung Merapi yang merupakan salah satu gunung api aktif. Gunung Merbabu mempunyai banyak puncak-puncak bayangan (bukan puncak asli). Karena banyaknya puncak ini seringkali para pendaki mengeluh dan jenuh tapi justru hal inilah yang menjadikan gunung ini menantang untuk di daki.

Puncak Gunung Merbabu terdiri atas dua puncak yaitu Puncak Sarip yang terletak pada ketinggian 3.120 m dpl dan Puncak Kenteng Songo dengan ketinggian 3.142 m dpl. Kedua puncak ini mempunyai panorama alam yang berbeda.

Untuk menuju ke puncak Gunung Merbabu ada 2 (dua) jalur utama; lewat Selo/Boyolali dan lewat Tekelan/Kopeng. Kedua jalur mempunyai medan perjalanan yang berbeda. Kalau kita lewat Selo jaraknya lebih jauh tapi mempunyai panorama yang indah. Pohon – pohon pinus di sepanjang jalan terasa menciptakan kenyamanan selama perjalanan dan bisa memandang lereng Gunung Merapi lebih dekat.

Perjalanan lewat Tekelan/Kopeng jalurnya lebih landai tetapi karena erosi oleh aliran air hujan menyebabkan rute penjalanan menjadi dua yaitu jalur lama dan jalur baru.

Kawasan di sekitar lereng Gunung Merbabu banyak di tanami oleh sayuran pada musim penghujan dan waktu musim kemarau ditanami tembakau. Kualitas tembakau di sini terkenal baik dan menjaditumpuan penghasilan utama penduduk Selo. Hutan di lereng Gunung Merbabu banyak didominasi oleh pohon cemara dan akasia, dan dihuni oleh Kijang dan monyet.

Gunung Merbabu masuk dalam wilayah dua kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, yaitu Kabupaten Magelang dan Kabupaten Boyolali. Gunung dengan ketinggian sekitar 3.145 di atas permukaan laut ini tercatat pernah beberapa kali meletus berabad-abad silam. Namun, kini gunung ini tergolong tidak aktif. Gunung Merbabu dikelilingi beberapa gunung di sekitarnya, yaitu Gunung Merapi, Gunung Ungaran, dan Gunung Telomoyo.

Gunung Merbabu merupakan salah satu tujuan favorit banyak pendaki gunung di Indonesia karena medannya yang tidak terlalu berat dan panorama alamnya yang benar-benar memikat. Gunung Merbabu memiliki dua puncak dan lima kawah. Kedua puncak Gunung Merbabu adalah puncak Kenteng Songo dan puncak Syarif. Sedangkan, kelima kawahnya meliputi kawah Kombang, kawah Rebab, kawah Condrodimuko, kawah Sambernyowo, dan kawah Kendang.

Jalur Pendakian
Setidaknya ada empat jalur pendakian uang biasa dilalui para pendaki Gunung Merbabu.

Jalur Tekelan

Jalur pendakian ini di mulai dari kawasan objek wisata Umbul Songo, Kopeng, Salatiga. Dari Umbul Songo para pendaki harus mengarahkan perjalanan ke Desa Tekelan. Desa ini merupakan desa terkhir menuju Gunung Merbabu. Di desa inilah bascamp pendakian Merbabu berada. Dari basecamp Desa Tekelan, pendakian dilanjutkan menuju Pos Pending, Pos I (Pos Gumuk), Pos II (Lempong Sampan), Pos III (Pos Watu Gubug), Pos IV (Pos Pemancar), dan Pos V (Pos Helipad). Pos IV adalah pos terakhir sebelum para pendaki akan sampai ke puncak Syarif atau puncak Kenteng Songo.

Jalur Cuntel

Jalur pendakian Cuntel juga dimulai dari kawasan objek wisata Umbul Songo. Dari sini, para pendaki harus mengarahkan perjalanan ke Desa Cuntel. Perjalanan dari Umbul Songo menuju Bascamp Desa Cunthel ini pun harus melewati hutan pinus dan ladang-ladang penduduk. Dari basecamp Desa Cuntel, pendakian dilanjutkan ke Pos Bayangan I, Pos Bayangan II (Pos Gumuk), Pos I (Pos Watu Putut), Pos II (Pos Kedokan), Pos III (Pos Kergo Pasar), Pos IV (Pos Pemancar), dan Pos V (Pos Helipad). Setelah Pos V terlewati, 30 menit perjalanan pendaki selanjutnya akan mengantarkan para pendaki ke puncak Syarif atau puncak Kenteng Songo.

Jalur Wekas

Pendakian melalui jalur Wekas dimulai dari Desa Kaponan, Magelang. Dari Kaponan, pendaki harus mulai berjalan kaki menuju Desa Wekas. Desa ini merupakan desa terakhir menuju Merbabu. Desa ini merupakan bascamp pendakian melalui jalur Wekas. Dari basecamp Desa Wekas, pendakian dilanjutkan menuju Pos I dan Pos II. Jalur Wekas ini hanya memiliki dua pos. Perjalanan selanjutnya akan membawa pendaki ke persimpangan jalur Thekelan dan jalur Wekas. Persimpangan ini terletak antara Pos Pemancar dan Pos Helipad. Dari sinilah, puncak Merbabu akan dicapai.

Jalur Selo

Jalur pendakian Selo dimulai dari Desa Selo. Desa terakhir yang ditemui jika melakukan pendakian melewati jalur ini adalah Desa Tuk Pakis. Perjalanan dari Selo ke Tuk Pakis memakan waktu sekitar satu jam. Dari Tuk Pakis yang menjadi basecamp pendakian, perjalanan dilanjutkan ke Shelter I, Shelter II, Shelter III, dan Shelter IV. Selepas Shelter IV, pendaki masih harus menempuh perjalanan sekitar satu jam sebelum sampai di puncak Kenteng Songo.

Pendakian Gunung Merbabu rata-rata memakan waktu tujuh jam perjalanan. Menempuh jalur yang berbeda saat naik dan turun akan membuat pengalaman mendaki makin lengkap. Medan jalur utara (Thekelan, Cuntel, dan Wekas) lebih terjal dibandingkan jalur selatan (Selo), tetapi jarak tempuhnya lebih pendek. Sebaliknya, jalur Selo lebih landai, tetapi jarak tempuhnya lebih jauh. Jalur Selo adalah alternatif menarik ketika turun gunung. Lelahnya fisik seolah tersegarkan pemandangan nan elok sepanjang jalur ini. Sabana, padang edelweis, dan bunga-bunga liar akan menyapa sepanjang perjalanan ini.

SUMBER :

Categories: SEPUTAR GUNUNG | Tag: , , | 1 Komentar

Buat situs web atau blog gratis di WordPress.com.