LATTAP 3 AK 31: Gagal Slamet, Prau pun Jadi

Akhirnya slayer ungu!

Selamat datang jenjang baru, selamat terlahir kembali jiwa-jiwa yang mampu bertahan dari pijakan-pijakan pendidikan di Plantagama. Tanggung jawab yang lebih besar telah dipercayakan kepada kalian, embanlah sebaik mungkin dengan sepenuh hati dan jangan pernah lupakan Saptabrata. Saling menjaga dan bekerjasama dengan teman se-latdas Tuwaga adalah satu kuncinya.

Lattap 3 (Latihan Pemantapan 3) Manajemen Perjalanan yang telah dilaksanakan pada 26-27 Agustus 2016 dengan tujuan Gunung Prau 2.565 mdpl yang terletak di Dataran Tinggi Dieng, Jawa Tengah. Peserta yang mengikuti antara lain: Wita “Simbok” Dian Sharli, Abdul “Tabib” Aziz, Idris “Kacang” Afandi, Imelda “Cena” Novita Atitus, Rofi “Ndleming” Wima Restianto, dan Dewi “Ramut” Rengganis. Sedangkan pendamping peserta adalah Denny “Pokal” Andria dan Venita “Kecret” Candrawati. Lattap 3 Manajemen Perjalanan adalah bagian dari pendidikan di KMPA Plantagama setelah mengikuti Latdas (Latihan Dasar). Lattap 3 Manajemen Perjalanan adalah perencanaan ketika akan melakukan suatu perjalanan meliputi persiapan fisik, mental, perlengkapan maupun perizinan mulai dari pra kegiatan, saat kegiatan berlangsung hingga pasca kegiatan yang dalam Lattap 3 ini disusun oleh peserta sendiri. Sebelum melaksanakan Lattap 3, peserta diwajibkan mempresentasikan manajemen perjalanan yang telah dibuat untuk selanjutnya dipertimbangkan oleh Instruktur. Dikarenakan waktu pelaksanaan yang ternyata bentrok dengan kegiatan akademis salah satu peserta, maka tujuan awal Gunung Slamet akhirnya diubah menjadi Gunung Prau *sedih brooo*

Peserta dan pendamping Lattap 3 tidak diperbolehkan untuk membawa transportasi pribadi, sehingga transportasi yang diperbolehkan yakni umum dan via sikil. Bawaan peserta diatur sendiri sehingga manajemen tim juga diperlukan untuk mempermudah kelancaran kegiatan ini. Barang bawaan seperti kebutuhan kelompok dapat diatur pembagiannya sesuai jumlah dan formasi peserta diperjalanan nanti. Pelepasan dimulai pada Jum’at petang sebelum adzan maghrib, dan perjalanan dimulai setelah maghrib dengan berjalan kaki menuju Halte Bus Transjogja di depan gedung Vokasi MIPA UGM. Jalur yang kami ambil adalah 3B yang melewati RS. Sardjito dan Halte penurunan di Jalan Kaliurang bawah kemudian menuju Halte Terminal Condong Catur. Kami turun di Terminal Concat kemudian pindah bus jalur 2A menuju Halte UPN dan Halte Monjali yang akhirnya pemberhentian di Halte Terminal Jombor. Saat turun di Terminal Jombor, waktu menunjukkan pukul 20.10 WIB yang berarti pengoperasian Transjogja hari itu sudah selesai. Tujuan selanjutnya adalah Terminal Magelang, namun transportasi yang tersisa hanya mobil taksi dan satu microbus. Akhirnya kami bernegosiasi dengan mandor mobil taksi hingga tercapai harga equilibrium Rp.25.000,- per orang. Kami berdelapan dengan carrier diletakkan diatas mobil dan dibagasi dengan menaiki mobil taksi model family car kapasitas 10 orang akhirnya berangkat dengan bapak sopir yang ternyata asik sekali. Di perjalanan kami bercengkerama cukup banyak dan terceletuk pembicaraan terkait tujuan akhir kami yakni Dataran Tinggi Dieng, bapak sopir menawarkan untuk mengantarkan hingga ke Terminal Wonosobo dengan harga Rp.30.000 per orang dan kami bernegosiasi sebelum satu persatu terlelap. Saat di kota Temanggung, hujan turun cukup deras dan sopir mampir sebentar ke mini market. Kami agak khawatir dengan carrier yang diletakkan diatas mobil yang kebanyakan tidak dipakaikan cover bag walaupun sudah dilapisi trashbag didalamnya. Pukul 23.01 kami sampai di Terminal Wonosobo kemudian bergegas ke rest area untuk sholat dan istirahat. Kami sempat kesulitan untuk buang air karena pintunya dikunci, namun tak lama datang seorang bapak yang kami kira penjaga disana yang mengambilkan kunci dan memberitahu kami tentang trek di Dieng dan jam operasi bus antar-jemput ke basecamp. Kemudian kami istirahat hingga pukul 4 pagi dan dilanjutkan perjalanan dengan microbus menuju basecamp Pathak Banteng. Hawa dingin pagi itu cukup menusuk, bersama sekitar 20 penumpang lain yang juga akan melakukan pendakian dengan jalur yang berbeda-beda bus pun berangkat. Pukul 05.25 bus tiba-tiba menepi namun ternyata didepan mata kami disuguhi pemandangan matahari terbit yang sangat indah, dengan awan yang menutupi kota Wonosobo dan sekitarnya sehingga rasanya sudah sampai puncak. Beberapa penumpang turun untuk menikmati pemandangan dan merasakan pancaran sinar matahari yang cukup menghangatkan. Kemudian perjalanan dilanjutkan hingga sampai ke basecamp Pathak Banteng pukul 05.43. Basecamp tujuan kami yakni Kalilembu ditempuh sekitar 15 menit kemudian dan hanya kami berdelapan yang turun disana. Kami bergegas masuk dan mempersiapkan air hangat untuk membuat minuman. Beberapa dari kami ada yang menyelesaikan simaksi perjalanan dan membersihkan diri. Kami tidak mempersiapkan sarapan berat karena kami telah membawa bekal dari Yogyakarta yakni Olive Chicken. Selain menghemat uang, hal ini juga menghemat waktu dan tenaga kami karena tengah dikejar waktu dengan akademis.

Pukul 07.15 kami berangkat dari basecamp menuju pos 1 setelah berdoa bersama. Medan saat itu pemukiman dan perkebunan warga dengan jalan berbatu dan pematang ladang. Pos 1 ditempuh selama 30 menit dengan satu kali istirahat. Perjalanan ke pos 2 dimulai pukul 07.46 dengan medan perkebunan dan mulai memasuki hutan namun dengan vegetasi tanaman semak. Pos 2 ditempuh sekitar 45 menit dengan dua kali istirahat. Perjalanan ke pos 3 dimulai pukul 08.51 dengan medan hutan dan jalan menanjak yang tidak terlalu curam. Pos 3 ditempuh sekitar 1 jam 10 menit dengan empat kali istirahat. Perjalanan dilanjutkan menuju puncak pada pukul 09.58 hingga 10.29 dengan dua kali istirahat. Setelah sampai puncak triangulasi kami mengabadikan foto sejenak kemudian mencari area landai yang luas untuk memasak dan istirahat. Di perjalanan menuju puncak triangulasi kami bertemu cukup banyak pendaki yang akan pulang melalui jalur Kalilembu. Kami langsung membongkar carrier untuk mempersiapkan makan siang begitu mencapai tanah lapang yang kami maksud. Dari puncak triangulasi hingga memasak selesai memakan waktu 1 jam 20 menit kemudian makan siang menghabiskan waktu 30 menit. Biasanya saat kami mendaki gunung, kegiatan makan berat hanya menghabiskan waktu 10-20 menit saja karena persaingan untuk ekspansi sangat sengit. Setelah itu kami membersihkan peralatan makan dan mem-packing carrier untuk mengikuti rangkaian selanjutnya yakni pelantikan menjadi instruktur. Perasaan sedikit was-was namun dengan memasang muka sok tenang dan bahagia agaknya kami lakukan secara kompak. Pikiranku melambung jauh disaat kami dilantik menjadi Anggota Khusus 31 kala Latihan Dasar 31 Plantagama pada Januari 2015. Kami bersepuluh dengan sebutan Latdas Tuwaga karena tiap disuruh menyanyikan mars dengan satu suara maka kami membuat aba-aba “Tu, Wa, Ga!” dari awal perjalanan hingga puncak acara. Setelah menjadi Anggota Khusus kami melanjutkan rangkaian pendidikan selanjutnya. Berbagai halangan dan rintangan membentang hingga peristiwa cukup fatal terjadi karena kelalaian beberapa AK dalam mengemban tugas di Plantagama. Kembali ke upacara pelantikan, tibalah pada puncak acara dengan beberapa menit penyelesaian tanggungan dan pembacaan janji Anggota Khusus, dilanjutkan saat penyematan slayer ungu sebagai simbol dicapainya gelar Instruktur di Plantagama oleh Instruktur Pokal. Tiap-tiap dari kami mendapat wejangan singkat darinya. Setelah itu penutupan dan waktunya berfoto bersama.

Perjalanan pulang kami melalui jalur Pathak Banteng sedikit santai karena waktu kami ternyata tersisa banyak dari perkiraan semula. Perjalanan dari puncak ke pos 3 dimulai pukul 13.20 hingga 13.35 dengan medan pepohonan. Perjalanan dari pos 3 ke pos 2 dimulai pukul 13.44 hingga 14.03 yang melewati checkpoint bernama Plentengan dan Akar Cinta. Medannya pohon cemara dengan jalan menurun yang cukup curam. Perjalanan dari pos 2 ke pos 1 dimulai pukul 14.14 hingga 14.36 dengan medan yang masih sama. Perjalanan dari pos 1 ke basecamp dimulai pukul 14.40 hingga 14.58, dengan ritme berjalan sangat santai. Terdapat gapura yang menunjukkan pos 1 yang pada akhir tahun 2015 belum dibangun. Kenampakan menuju basecamp adalah pemandangan dari ladang warga dan terasering yang cukup indah. Setelah tiba di baecamp kami duduk sebentar untuk melihat sekitar kemudian melanjutkan perjalanan ke terminal Dieng untuk mencari transportasi umum menuju terminal Wonosobo. Mikrobus berangkat pukul 15.12 dengan tarif Rp.25.000,-/orang menuju terminal Wonosobo yang ditempuh selama satu seperempat jam. Dari terminal Wonosobo kami menaiki bus jurusan Magelang hingga pukul 19.40 dengan Rp.15.000. Saat masih di kota Wonosobo, bus mampir di pom bensin dan tiba-tiba sang kernet memberitahu kami untuk pindah bus karena ada satu bagian di mesin yang bermasalah. Sialnya, bus yang akan kami naiki sudah penuh namun penumpang dipaksa untuk tetap naik. Alhasil kami berdiri berdesak-desakan sepanjang perjalanan menuju terminal Magelang. Sampai terminal Magelang, kami agak kebingungan karena transportasi umum yang tersisa adalah mini elf dan mobil angkutan. Setelah bernego, kami memilih mobil angkutan yang ternyata kondisinya cukup payah karena mesin mudah panas dan kami beberapa kali harus menepi untuk mendinginkannya dengan air kran sehingga memakan waktu cukup lama hingga sampai Yogya. Walaupun begitu, di perjalanan bapak sopir ternyata cukup asik diajak bercengkerama namun dengan bahasa jawa dan sedikit di selingi bahasa krama. Dari obrolan tersebut sedikit diketahui ternyata mobil angkutan ini telah menemaninya sejak bujang saat beliau menyukai memodifikasi mobil dan rutinitasnya yang dimulai sangat pagi. Pukul 21.18 kami sampai di kampus dan bergegas menurunkan carrier dan pamit pada bapak sopir kemudian kami pulang ke kost masing-masing.

Berikut ini catatan perjalanan kami:

Jumat, 26 Agustus 2016

18.26                     pelepasan di Fakultas Pertanian UGM

18.35 – 18.53       berjalan ke halte TJ vokasi mipa UGM

19.40                    naik TJ jalur 3B

19.54                     sampai terminal Concat

19.57                     naik TJ jalur 2A

20.10                     sampai terminal Jombor

20.46 – 21.34      terminal Jombor – terminal Magelang

21.34 – 23.01      terminal Magelang – terminal Wonosobo (Mendolo)

23.01 – 04.00     istirahat di terminal Wonosobo

Sabtu, 27 Agustus 2016

04.00 – 05.43     terminal Wonosobo – basecamp Pathak Banteng

5.43 – 06.06        basecamp Pathak Banteng – basecamp Kalilembu

07.15 – 07.46      basecamp Kalilembu – pos 1

07.39 – 07.42               istirahat

07.46 – 08.35      Pos 1 – pos 2

07.59 – 08.04               istirahat

08.21 – 08.26               istirahat

08.51 – 09.55      Pos 2 – pos 3

08.35 – 08.51               istirahat

09.02 – 09.06               istirahat

09.28 – 09.35               istirahat

09.43 – 09.45               istirahat

09.58 – 10.29      Pos 3 – puncak

09.55 – 09.58               istirahat

10.22 – 10.24               istirahat

10.29 – 11.50      Masak di puncak

11.50 – 12.20      Makan – packing

12.20 – 13.20     Pelantikan instruktur

13.20 – 13.35      Puncak – pos 3

13.44 – 14.03     Pos 3 – pos 2

14.14 – 14.36     Pos 2 – pos 1

14.40 – 14.58     Pos 1 – basecamp

14.58 – 15.12      Basecamp – terminal Dieng

15.12 – 16.24      terminal Dieng – terminal Wonosobo

16.24 – 19.40     terminal Wonosobo – terminal Magelang

19.50 – 21.18      terminal Magelang – Fakultas Pertanian UGM

PS: foto di kamera Simbok ilang, ini foto di hape Ramut sama Kacang yang cuma pas masak dan otw turun

PPS: latepost karena kendala teknis di eksternal

– 461 –

Categories: KEGIATAN LAIN | Tinggalkan komentar

DIKSAR 32 SUKSES

Sebulan yang lalu tepatnya pada bulan januari PLANTAGAMA megadakan diksar lapangan untuk anggota 32. diksar lapangan dilakuakan selama 6 hari mulai dari tanggal 11-16 Januari 2016. agenda diksarselama 6 hari ini meliputi pelatihan kompas di lapanngan, pelatihan navigasi darat mulai dari resection dan intersection, pelatihan SAR dan ppgd, pelatihan survival, dan pelantikan. selam 6 hari tersebut akhirnya PLANTAGAMA melantik anggota baru sebanyak 5 orang. selamat bergabung kawan mari berjuang bersama menjaga alam.

salam lestari….!!!!

Categories: KEGIATAN LAIN | 2 Komentar

TENDA DARURAT (BIVAK)

BIVAK merupakan tenda darurat yang kita gunakan ketika tengah melakukan survial. bivak biasanya dibuat dari mantol ponco atau bisa juga dengan ranting ranting pohon yang masih ada daunnya. namun bivak yang dibuat dari ranting pohon belum bisa melindungi kita dari hujan untuk itu lebih disarankan bagi kita untuk membuat bivak dari ponco. bivak dibuat untuk melindungi kita dari hewan buas, angin, dan hujan. bentuk bivak dapat dibuat bervariasi ada yang berbentuk segitiga ada juga yang dibuat miring membentuk sudut 45 derajat, namun usahakan membuat bivak sesimpel mungkin yang tidak membutuhkan waktu lama dalam pembuatannya. ada beberapa poin yang perlu diperhatikan saat membuat bivak diantaranya:
1. usahakan bagian depan bivak tidak menghadap arah angin.
2. buat ruang udara didalam bivak sekecil mungkin untuk menghindari banyaknya udara yang masuk ke bivak sehingga suhu lebih hangat.
3. jangan membuat bivak dibawah ranting pohon yang sudah lapuk karena bisa membahayakan pengguna bivak ketika ranting itu jatuh.
4. jangan membuat bivak di saluran air/jalan
5. buatlah parit di sekeliling bivak untuk mengatisipasi ketika turun hujan.
6. taburi sekeliling bivak dengan garam untuk mencegak adanya ular yang masuk.
7. tutupi sekeliling bivak dan atap bivak dengan daun kering unrtuk menjaga kehangatan.
demikian yang kami ketahui tentang bivak , selamat mencoba….!!!
bila ada beberapa tahapan yang salah mohon kritik sarannya11953449_938764842836680_7601183931690682450_o

Categories: KEGIATAN LAIN | Tinggalkan komentar

Blog di WordPress.com.